Sastrawan yang dianggap Penting pada Angkatan 70-an, Beserta dengan Kredo Puisinya
Sastrawan yang dianggap penting pada Angkatan 70-an adalah Sustardji Colzoum Bachri. pikiran yang kontemporer dituangkan dalam sebuah pernyataan yang dikenal dengan Kredo Puisi. Berikut Kredo Puisi Sutradji Czlzoum Bachri.
Kalau diumpamakan dengan kursi. kata adalah kursi itu sendiri dan bukan alat untuk duduk. kalau diumpamakan dengan pisau, dia adalah pisau itu sendiri dan bukan alat untuk memotong atau menikam.
Dalam kesehari-harian, kata cenderung dipergunakan sebagai alat untuk menyampaikan pengantian. dianggap sebagai pesuruh untuk menyampaikan pengertian. dan dilupakan kedudukannya yang merdeka sebagai pengertian.
Kata-kata harus bebas dari penjajahan pengertian, dari beban idea. kata-kata harus bebas menentukan dirinya sendiri.
dalam puisi saya, saya bebaskan kata-kata dari tradisi lapuk yang membelenggunya seperti kamus dan penjajahan-penjajahan lain, seperti moral kata yang dibebankan masyarakat pada kata tertentu dengan dianggap kotor (obscence) serta penjajahan gramatika.
Bila kata telah dibebaskan, kreativitas pun dimungkinkan. karena kata-kata bisa menciptakan dirinya sendiri, bermain dengan dirinya sendiri, dan menentukan kemauannya sendiri. pendadakan yang kreatif bisa timbul karena kata yang biasanya dinggap bergungsi sebagai penyalur pengertian, tiba-tiba, karena kebebasanya bisa menyungsang terhadap rungsinya. maka timbullah hal-hal yang tak terduga sebelumnya, yang kreatif.
Dalam (penciptaan) puisi saya, kata-kata saya biarkan bebas. dalam gairahnya karena telah menemukan kebebasan, kata-kata meloncat-loncat dan menari diatas kertas, mabuk dan menelanjangi dirinya sendir, mondar-mandir dan berkali-kali menunjukkan muka dan belakangnya yang meungkin sama atau tidak sama, membelah dirinya dengna bebas menyatukan dirinya, membalik atau menyungsangkan sendiri dirinya dengn bebas, saling bertentangna sendiri satu sama lainya karena mereka bebas berbuat semaunya, atau bila perlu membunuh dirinya sendiri atau menunjukkan dirinya bisa menolak dan berontak terhadap pengertian yang ingin dibebankan kepadanya.

Sebagai penyair, saya hanya menjaga sepanjang tidak menggangu kebebasannya agar kehadirannya yang bebas sebagai pembentuk pengertiannya sendiri, bisa mendapatkan aksentuasi yang maksimal.
Menulis puisi bagi saya adalah membebaskan kata-kata, yang berarti mengembalikan kata pada awal mulanya. pada mulanya adalah kata. dan kata pertama adalah mantra. maka menulis puisi bagi saya adalah mengembalikan kata kepada mantra.
Angkatan 70-an (kontemporer)
Pada Angkatan 70-an, lahir bentuk puisi kontemporer atau mutakhir. kekhasan puisi pada masa ii adalah dari segi bentuk dan pemakaian kata.Sastrawan yang dianggap penting pada Angkatan 70-an adalah Sustardji Colzoum Bachri. pikiran yang kontemporer dituangkan dalam sebuah pernyataan yang dikenal dengan Kredo Puisi. Berikut Kredo Puisi Sutradji Czlzoum Bachri.
Kredo Puisi
Kata-kata bukanlah alat mengantarkan pengartian. Dia bukan seperti pipa yang menyalurkan air. Kata adalah pengartian itu sendiri. Diba bebas.Kalau diumpamakan dengan kursi. kata adalah kursi itu sendiri dan bukan alat untuk duduk. kalau diumpamakan dengan pisau, dia adalah pisau itu sendiri dan bukan alat untuk memotong atau menikam.
Dalam kesehari-harian, kata cenderung dipergunakan sebagai alat untuk menyampaikan pengantian. dianggap sebagai pesuruh untuk menyampaikan pengertian. dan dilupakan kedudukannya yang merdeka sebagai pengertian.
Kata-kata harus bebas dari penjajahan pengertian, dari beban idea. kata-kata harus bebas menentukan dirinya sendiri.
dalam puisi saya, saya bebaskan kata-kata dari tradisi lapuk yang membelenggunya seperti kamus dan penjajahan-penjajahan lain, seperti moral kata yang dibebankan masyarakat pada kata tertentu dengan dianggap kotor (obscence) serta penjajahan gramatika.
Bila kata telah dibebaskan, kreativitas pun dimungkinkan. karena kata-kata bisa menciptakan dirinya sendiri, bermain dengan dirinya sendiri, dan menentukan kemauannya sendiri. pendadakan yang kreatif bisa timbul karena kata yang biasanya dinggap bergungsi sebagai penyalur pengertian, tiba-tiba, karena kebebasanya bisa menyungsang terhadap rungsinya. maka timbullah hal-hal yang tak terduga sebelumnya, yang kreatif.
Dalam (penciptaan) puisi saya, kata-kata saya biarkan bebas. dalam gairahnya karena telah menemukan kebebasan, kata-kata meloncat-loncat dan menari diatas kertas, mabuk dan menelanjangi dirinya sendir, mondar-mandir dan berkali-kali menunjukkan muka dan belakangnya yang meungkin sama atau tidak sama, membelah dirinya dengna bebas menyatukan dirinya, membalik atau menyungsangkan sendiri dirinya dengn bebas, saling bertentangna sendiri satu sama lainya karena mereka bebas berbuat semaunya, atau bila perlu membunuh dirinya sendiri atau menunjukkan dirinya bisa menolak dan berontak terhadap pengertian yang ingin dibebankan kepadanya.

Sebagai penyair, saya hanya menjaga sepanjang tidak menggangu kebebasannya agar kehadirannya yang bebas sebagai pembentuk pengertiannya sendiri, bisa mendapatkan aksentuasi yang maksimal.
Menulis puisi bagi saya adalah membebaskan kata-kata, yang berarti mengembalikan kata pada awal mulanya. pada mulanya adalah kata. dan kata pertama adalah mantra. maka menulis puisi bagi saya adalah mengembalikan kata kepada mantra.
Sutardji Calzoum Bachri
Bandung, 30 Maret 1973