Judul Syair Karya Hamzah Fansuri Beserta Maknanya
Karya tulis Hamzah Fansuri tersebut dapat dikatan sebagai peletak dasar bagi peranan bahasa Melayu sebagai bahasa keempat di dunia Islam setelah bahas Arab, Persia dan Turki Usmani. Karya-karya Hamzah tersebar berkat jasa Sultan Iskandar Muda yang mengirikan kitab-kitab karya Hamzah Fansuri antara lain ke Malaka, Kedah, Sumatra Barat, Kalimantan, Banten, Gresik, Kudus, Makasar dan Ternate Karya syairnya antara lain:
- Syair Burung Pingai,
- Syair Burung Pungguk,
- Syair Perahu
- Syair Dagang.
Karya puisinya tergabung dalam kitab Ruba’i. Karya puisinya di syarah (diulas) oleh AsSumatrani.
Kecuali Syair Dagang, syair-syair Hamzah Fansuri bersifat mistis dan melambangkan hubungan Tuhan dengan manusia, syair dagang bercerita tentang kesengsaraan seorang anak dagang yang hidup di rantau. Syair ini menjadi contoh syair syair dagang yang lahir kemudian.
Syair Burung Pingai
Syair Burung Pingai bercerita tentang burung pingai yang melambangkan jiwa manusia dan juga Tuhan. Dalam syair ini, Hamzah Fansuri mengangkat satu maslah yang banyak di bahas dalam tasawuf, yaitu hubungan satu dan banyak. Yang Esa adalah tuhan yang alamnya yang beraneka raga. Adapun puisinya Syair Perahu melambangkan tubuh manusia sebagai perahu layang yang berlayar di laut. Pelayaran itu penuh marabahaya.Di dalam karya-karya inilah sebenarnya Hamzah Fansuri menunjukkan kepiawaiannya sebagai orang loka yang telah sanggup melampaui yang lain sezamannya dalam bidang-bidang tersebut di atas, khususnya tasawuf. Kitab-kitab itulah sekarang yang telah menjadi objek kajian yang luas dan menarik. Sebahagian dari karya tersebut ditulis dalam bahasa Melayu, yang lain dalam bahasa Arab, dan bahkan ada diselip dengan bahasa Farsi. Selanjutnya mari kita lihat Hamzah Fansuri dalam kapasitasnya sebagai ‘alim dan sufi, atau sufi yang ‘alim.
Hamzah Fansuri Sebagai Sufi dan Penyair
Ajaran tasawuf dipopulerkan oleh Hamzah Fansuri dikenal dengan wujudiyah, yang sangat jelas adanya penaruh Ibn ‘Arabi. Ajaran ini pula yang kemudian dilanjutkan oleh Syamsuddin al-Sumatrani yang seterusnya dikembangkan dan dinamakan dengan martabat tujoh (seven grades). Dalam kapasitasnya sebagai ‘alim sufilah Hamzah Fansuri mendapat kemuliaan menjadi bahagian dari kerajaan.Bahwa ia menjadi penasihat spiritual raja. Bahkan sebahagian karya-karyanya di buat atas permintaan sang raja. Kedatangan Nuruddin Ar-Raniry menyebabkan ajaran wujudiyah dan martabat tujoh ini mendapat tantangan. Sejumlah- buku dibakar dan sebahagian pengikut dihukum. Ini terjadi ketika Aceh berada dalam kekuasaan Sultan Iskandar Thani, di mana Nuruddin dipercaya sebagai Qadhi Istana.
Judul Syair Karya Hamzah Fansuri Beserta Maknanya |