Apakah Kebebasan Rohani dapat Dilanggar Oleh Orang Lain?

Apakah Kebebasan Rohani dapat Dilanggar Oleh Orang Lain?


Apakah kebebasan rohani dapat dilanggar oleh orang lain? Secara langsung hal itu tidak mungkin. Orang tidak dapat dipaksa untuk memi-kirkan atau menghendaki sesuatu. Batin kita adalah kerajaan kita. Kita barangkali dapat ditekan, dibujuk atau diancam untuk melakukan sesuatu. Tetapi apa yang kita fikirkan sebenarnya tidak dapat diketahui. Kemunafikan adalah salah satu cara untuk menghindari dari tekanan. Begitu pula tidak mungkin kita dipaksa atau ditekan untuk mencintai seseorang atau untuk mempercayai sesuatu (itulah sebabnya paksaan dalam hal agama ti-dak masuk akal).

Tetapi secara tidak langsung kebebasan berfikir kita dapat dipengaruhi dari luar, bahkan dapat dikacaukan dan ditiadakan. Misalnya, kalau infor-masi-informasi politik yang kita peroleh, semuanya disaring secara sistema-tik demi kepentingan tertentu, kita akan mendapat gambaran yang kurang tepat tentang keadaan yang sebenarnya dan dengan demikian juga mem-berikan penilaian yang tidak tepat. Dengan demikian kita dapat dimani-pulasi. Tetapi ada cara-cara yang lebih buruk.

Orang yang secara emosional terganggu lama-kelamaan tidak dapat berfikir dengan jelas. Tekanan psikis atau siksaan fisik dapat membuat kita tidak berdaya. Orang yang ditahan dalam isolasi dan tidak diizinkan tidur lama-kelamaan kehilangan segala orientasi. Ia dapat sampai meragukan apakah "dua tambah dua" betul-be-tul selalu empat. Sugesti, hipotesis dan pelbagai obat bius dapat membuat kita kehilangan perasaan tentang realitas. Dengan semua cara ini kekuasa-an seseorang atas fikiran dan kehendaknya dapat diganggu atau bahkan di-hancurkan. Antara kebebasan jasmani dan rohani terdapat hubungari yang sangat erat.

Dapat dikatakan bahwa tindakan adalah suatu kehendak yang menjel-ma dan menjadi nyata, dan kehendak adalah permulaan tindakan. Meng-hendaki gerakan tubuh berarti melaksanakannya. Misalnya satu-satunya cara untuk menghendaki mau menggerakkan tangan adalah menggerak-kannya. Tidak mungkin saya katakan bahwa saya mau mereniangkan tangan saya kalau saya tidak merentangkannya, kecuali tangan saya diikat. Di sini kita harus membedakan antara kehendak dan kemauan di satu fihak (maksud dua kata itu sama) dan keinginan di lain fihak.

Keinginan termasuk laci yang sama dengan lamunan dan khayalan . Kita mengingin-kan banyak, tetapi suatu keinginan tidak berbobot. Kita ingin bekerja keras, ingin sukses, ingin menjadi kaya dan sebagainya, tetapi belum tentu kita mampu untuk berbuat sesuatu agar keinginan-keinginan itu betul-betul terlaksana. Menginginkan menjadi orang baik itu murah. Keinginan tidak mewajibkan saya untuk melakukan sesuatu dan oleh karena itu juga tidak sangat berbobot. Lain halnya kemauan. Apgbila saya mau bekerja keras, tak ada jalan lain daripada memang bekerja dengan keras.

Banyak orang ingin menjadi orang rajin, tetapi hanya sedikit yang betul-betul menghen-dakinya, karena hal itu akan berarti, bahwa mereka harus sungguh-sung-guh mulai belajar. Saya dapat ingin bisa terbang seperti burung elang, tetapi tidak mungkin hal itu sungguh-sungguh saya kehendaki, karena tidak mungkin saya menghendaki sesuatu yang mustahil. Tidak mungkin saya menghendaki sesuatu yang secara fisik tidak mungkin.
Apakah Kebebasan Rohani dapat Dilanggar Oleh Orang Lain?
Saya dapat mencobanya, tetapi apabila memang tidak mungkin, saya hanya dapat menginginkannya, tetapi tidak dapat menghendakinya. Baru dalam tindakan kehendak menjadi nyata dalam arti sesungguhnya. Oleh karena itu dosa dalam fikiran jauh lebih lemah daripada dosa dalam tindakan: baru dalam tindakan kehendak jahat betul-betul terwujud.