Seni Kria Tradisional Bersifat Statis Dan Konvensional

Seni Kria Tradisional Bersifat Statis Dan Konvensional


Pada zaman pra sejarah, seni kria terbatas pada seni yang memiliki kegunaan praktis dalam kegiatan sehari-hari tanpa melupakan nilai keindahan. Namun usaha ke arah perbaikan kualitas sangat lambat sekali. Begitulah awal perkembangan seni kria, statis dan konvensional. Statis artinya hampir tidak terjadi perubahan sama sekali, walaupun ada sangat lambat sekali. Sedangkan konvensional artinya selalu mengikuti kebiasaan atau kesepakatan yang sudah menjadi tradisi. Pengertian kesepakatan adalah sikap menerima ketentuan yang sudah ada sejak dahulu, tanpa perkembangan kreatif dalam suatu gagasan dan ide.

Seni Kria Tradisional Bersifat Statis Dan Konvensional


Seni kria tradisional bersifat statis dan konvensional dikarenakan kebudayaan agraris yang selalu tidak mau melepaskan kebiasaan lama. Keanekaragaman jenis seni pada saat itu, hanyalah didorong faktor alam yang kaya akan kemungkinan tersebut.

Benda-benda yang diproduksi pada zaman batu (kebudayaan pengembara dan menetap) di antaranya gerabah, kerajinan kayu, patung, cincin, gelang, dan kalung dari bahan batu-batuan. Pada zaman ini setiap karya seni kria memlliki fungsi sakral (kepercayaan) dan fungsi profan (keduniaan). Fungsi sakral artinya memiliki kegunaan yang berlandaskan kepercayaan tentang kekuatan gaib). yang berhubungan dengan kebutuhan realitas kegiatan sehari-hari mereka. Pada zaman batu di antaranya dikenal seni magi, seni anintistne, seni kultus, seni toten. Semuanya memiliki perbedaan sebagai berikut.
Seni Kria Tradisional Bersifat Statis Dan Konvensional
Sedangkan fungsi propan adalah

  • Seni magi adalah seni kepercayaan pada kekuatan gaib 
  • Seni animisme yaitu seni kepercayaan pada roh 
  • Seni kultus adalah kepercayaan pada tempat pemujaan, seperti kesuburan, kultus kematian 
  • Seni totem adalah seni kepercayaan pada cikal bakal kehidupan manusia yang mereka wujudkan berupa karya seni.