Apakah Ada Keterkaitan Antara PRRI dengan Permesta Jelaskan?
Pemberontakan PRRI dan Permesta saling berkaitan. Pemberontakan itu muncul karena kekecewaan tokoh-tokoh daerah terhadap ketidakseimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah, terutama di Sumatra dan Sulawesi. Kekecewaan ini kemudian berkembang ke arah politik dengan berdirinya Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) pada tanggal 15 Februari 1958. Pemberontakan itu didukung oleh sejumlah panglima dalam tubuh APRI. Para panglima itu kemudian membentuk dewan daerah, misalnya Dewan Banteng di Sumatra Barat, Dewan Gajah di Sumatra Utara, Dewan Garuda di Sumatra Selatan, dan Dewan Manguni di Manado.
Keempat pergerakan itu dipimpin oleh Achmad Husein, Kolonel Mauluddin Simbolon, Letkol Barlian, dan Mayor Somba. Gerakan itu menyampaikan ultimatum kepada pemerintah pusat agar membubarkan Kabinet Djuanda dan menggantinya dengan Zaken Kabinet yang dipimpin oleh Hatta dan Sri Sultan Hamengkubuwono IX. Mereka juga menuntut agar presiden kembali pada kedudukan sesuai dengan konstitusi. Ultimatum ini tidak dihiraukan dari pemerintah pusat, bahkan KSAD A.H. Nasution memecat Achmad Husein, Simbolon, dan Zulkifli Lubis dari dinas ketentaraan. Ahmad Husein kemudian memproklamirkan PRRI dengan Syafruddin Prawiranegara sebagai perdana menterinya. Tindakan ini dianggap sebagai pemberontakan terhadap negara.
Untuk itu, pemerintah menggelar operasi militer. Secara berangsur-angsur, wilayah pemberontak dapat dikuasai. Pada tanggal 29 Mei 1958, Achmad Hussein dan pasukannya menyerahkan diri. Di Sulawesi, setelah Dewan Manguni terbentuk, tokoh militer memproklamasikan Piagam Perjuangan Rakyat Semesta (Permesta).
Proklamasi itu dipelopori oleh Letkol Ventje Sumual. Pemberontakan ini akhimya berhasil dipadamkan. Dalam operasi merdeka yang dipimpin oleh Letkol Rukminto Hendraningrat, pemberontakan Permesta berhasil ditumpas pada bulan Agustus 1958. Banyak pendukung Permesta yang akhirrtya menyerahkan diri kepada pemerintah.