3 Cara Penggambaran Karakter Tokoh dalam Cerpen & Contohnya

Tokoh dan Karakter Tokoh 


Tokoh cerita menempati posisi strategis sebagai pembawa dan penyampai pesan, amanat, atau sesuatu yang sengaja ingin disampaikan kepada pembaca.
Secara umum kita mengenal tokok protagonis dan antagonis.

Tokoh pratagonis adalah tokok yang kita kagumi, tokoh yang merupakan pengejawantahan norma-norma, nilai-nilai yang ideal bagi kita. Tokok protagonis menmpilkan sesuatu yang sesuai dengan pandangan dan harapan-harapan pembaca. Adapaun tokoh antagonis adalah tokoh yang menyebabkan terjadinya konflik. Tokoh antagonis merupakan penentang tokoh protagonis.

Ada beberapa cara penggambaran karakter tokoh dalam cerpen, di antaranya sebagai berikut.

1. Melalui apa yang diperbuat tokoh. Hal ini berkaitan dengan bagaimana sang tokoh bersikap dalam situasi ketika tokoh harus mengambil keputusan.

Contoh :

,Dengan terburu-buru wei meninggalkan kota dan peristiwa itu tak lama kemudian sudah terlupakan. Ia lantas pergi ke barat, ke ibu kota, dan karena dikecewakan oleh pinangan terakhir yang gagal itu, ia mengesampingkan pikirannya dari hal perkawinan. Tiga tahun kemudian, ia berhasil meminang seorang gasi dari keluarga Tan yang terkenal kebaikannya didalam masyarakat.

2. Melalui ucapan-ucapan tokoh. Dari apa yang diucapkan tokoh, kita dapat mengatahui karakternya.

Contoh:

"Apa yang tidak Ibu berikan padamu? Ibu bekerja keras supaya bisa menyekolahkanmu. Kau tak punya kewajiban apa-apa selain sekolah dan belajar. Ibu juga tak pernah melarangmu melakukan apa saja yang kau sukai. Tapi, mestinya kamu ingat bahwa kewajiban utamamu adalah belajar. Hargai sedikit jerih payah Ibu!'
Di luar dugaan, anak itu menatapnya dengan berani. "Ibu tak perlu susah payah menghidupi aku kalu Ibu keberatan. Aku bisa saja berhenti sekolah dan tidak usah menjadi tanggungan Ibu lagi"
Darah sekar-ibu anak itu-serasa naik ke ubun-ubun.

3. Melalui penjelasan langsung. Dalam hal ini, penulis menggambarkan secara langsung karakter tokoh.

Contoh 

Memang, semejak dia datang, kami sudah membencinya. Kami membenci bukan karenan kami orang-orang yang tidak baik, tapi karena dia selalu menciptakan suasana tidak enak. Prilaku dia kejam. Dalam berburu, dia tidak sekedar berusaha membunuh, maka , telah begitu banyak binatang menderita berkepanjangan, sebelum akhirnya dia habiskan dengan kejam. Cara dia makan juga benar-benar rakus.
Bukan hanya itu. Dia juga suka mabuk-mabukan. Apabila dia sudah mabuk, maka dia menciptakan suasana yang benar-benar meresahkan dan memalukan. Dia sering meneriakkan kata-kata kotor, cabul, dan menjijikkan.
(Derabut karya Budi Darma)