Angkatan Pujangga Baru
Angkatan pujangga baru disebut dengan Angkatan 30-an. pujangga baru muncul sebagai reaksi atas banyaknya sensor yang dilakukan oleh balai pustaka terhadap karya tulis sastrawan pada masa tersebut, terutama terhadap karya sastra yang menyangkut ras nasionalisme dan kesadaran kebangsaan. sastra punjangga baru adalah sastra intelektual, nasionalistik dan elitis menjadi "bapak" sastra modern indonesia. Pada masa itu, terbit pula majalah "poedjangga Baroe" yang dipimpin oleh Sultan Takdir Alisjahbana. Amir Hamzah, dan Armijn Pane.Berikut beberapa sastrawan Angkatan Balai Pustaka dan Karyanya:
1. Sultan Takdir Alisjahbana
- * Tak Putus Dirundung Malang
- * Anak Perawan Di Serang Penyamun
- * Layar Terkembang
- * Tebaran Mega
- * Grotta Azzura
- * Nyanyi Sunyi
- * Buah Rindu
- * Setanggi Timur
- * Puspa Mega
- * Madah Kelana
- * Kertajaya
- * Rindu Dendam
- * Di bawah Lindungan Ka'bah
- * Tenggelamnya Kapal Van Der Wijk
Angkatan 45
Angkata 45 lahir dari gejolak sosial politik budaya sehigga lebih realistis. karya angkatan 45 mempunyai ciri-ciri:
- Puisinya adalah puisi bebas yang tidak terikat oleh pembagian baris, bait, rima, dan irama;
- Gaya yang dianut adalah ekspresionisme dan realisme, berbeda dengan Angkatan pujangga baru yang beraliran romatik idelistik;
- Diksi mengungkapkan pengalaman batin yang mendalam;
- Gaya bahasa metafora dan simbolik banyak digunakan.
Sastrawan yang dianggap pelopor Angkatan 45 ini adalah Chairil Anwar. Beberapa puisinya terhimpun dalam buku Berjudul Kerikil Tajam dan yang terempas dan yang Terputus (1949).