Sejarah Perkembangan Tasawuf Pada Abad Ketiga Hijriyah

Sejarah Perkembangan Tasawuf Pada Abad Ketiga (3) Hijriyah

Pada abad ini, perkembangan Tasawuf cukup ditandai dengan adanya segolongan Ahli Tasawuf yang mencoba menyelidiki inti ajaran Tasawuf yang berkembang masa itu, mereka membaginya menjadi tiga macam, yaitu:

Pertama : Tasawuf yang berintikan Ilmu jiwa;yaitu Tasawuf yang birisi suatu metode yang lengkap tentang pengobatan jiwa, yang mengkonsentrasikan kejiawaan manusia kepada Khaliq-nya, sehingga ketegangan-ketegangan kejiwaan akibat pengaruh keduniaan, dapat teratasi dengan baik. dan kenyataanya, inti Tasawuf ini dijadikan dasar teori oleh psikiater jaman sekarang ini dalam mengobati setiap pasiennya.

Kedua : Tasawuf yang berintikan Ilmu Akhlaq; yaitu di dalamnya terkandung petunjuk-petunjuk tentang cara-cara berbuat baik serta cara-cara menghindarkan keburukan; yang dilengkapi dengan riwayat dari kasus yang pernah dialami oleh para Sahabat Nabi.

Ketiga : Tasawuf yang berintikan Metafisika : yaitu didalamnya terkandung ajaran yang melukiskan ketunggalan hakikat IIIahi, yang merupakan satu-satunya yang ada dalam pengertian yang mutlak, serta melukiskan sifat-sifat Tuhan, yang menjadi alamat bagi orang-orang yang akan tajalli kepada-Nya.

Tokoh-tokoh Shufi terkenal abad ini; antara lain:

Abu Sulaiman Ad-Daaraany; (W.215 H).
Namanya sebenarnya adalah Abdul Rahman bin 'Athiyah, yang bernama "daaraan" maka namanyapun dinisbatkan kepada kampung tersebut, sehingga menjadi kata Ad-Daaraany. ia dikenal sebagai Ulama Shufi yang menguasai Ilmu Hakikat. Sikapnya sangat wara' serta selalu rela menerima segala cobaan yang sering menimpa dirinya.
Ahmad bin Al-Hawaary Ad-Damasqiy; (W. 230 H).
Ia dilahirkan di Damaskus, dan dikenal oleh penduduk negeri Syam (Siria) sebagai ahli Psikologi dan ilmu Akhlak. ia sebagai salah seorang murid Sufyan bin 'Uyainah dan sahabat dekat Abu Sulaiman Ad-Daaraany.
Abu Faidh Dzun-Nun bin Ibrahim al-Mishry; (W. 245 H).
Dia dianggap oleh orang-orang Mesir sebagai seorang Shufi yang pertama-tama memperkenalkan istilah maqam (tingkatan kejiwaan) dalam Ilmu Tasawuf. Ajaran Tasawuf yang dianutnya, cendrung bercorak Filsafat Kimia, sehingga ia pernah dituduh oleh fuqaha Mesir sebagai orang Zindiq. Beliau sangat menghargai ilmu yang bersumber dari Filsafat, karena dianggapnya bahwa hal demikian itu sesuai dengan hati nurani dan akal sehat.

Abu Yazid Al-Busthaamy;  (W. 261 H/874 M).

Ayahnya bernama Isa bin Surusnyan, yang berasal dari desa Busthaam. Ketia Abu Yazid masih kecil, ia bernama Taifur, dan ketika itu pula kegemarannya sudah mulai nampak untuk selalu mau belajar berbagai macam ilmu pengatahuan dalam ajaran Tasawufnya, terkadang Falsafah hulul dan ittihad, yang kadang-kadang diungkapkannya dalam cerita-cerita yang mengandung ibarat; misalnya ia mengaitkan : Ular tak dapat dilihat zatnya, karena ia terbungkus dengan sifatnya (kulitnya). Apabila ular itu terpisah dari kulitnya, berulah kelihatan ular yang sebenarnya. maka ular itu dapat mengatakan akulah ular.

Murid-muridnya masih teguh memperahankan dan mengembangkan ajarannya, melaluli perkumpulan Terakat yang dinamakannya "thariqah Thaifuriyyah" yaitu suatu istilah yang dinisbatkan kepada nama gurunya (Thaifur).

Junaid Al-Baghdaady; (W. tahun 298 H).

Karena kealimannya, sehingga di negerinay terkenal dengan nama penghulu Ulama akhirat ucapan-ucapannya mengandung keterangan Tasawuf; antara lain; Tuhan menuangkan kebajikannya ke dalam hati seseorang yang selalu menyediakan ingatan kepadanya. karena itu, engkau jangan lupa melihat kesalahan hatimu. Sebab lupa kepada Tuhan, lebih menakutkan dari pada masuk ke dalam neraka. Apabila engkau mulai dengan uraian ilmu pengatahuan, tetapi mulailah dengan sikapmu yang lemah lembut terhadapnya. karena ilmu itu membuat mereka lembut, membuat mereka menjadi jinak.\

Al-Hallaj; lahir tahun 244 H/858 M.

Nama lengkapnya adalah Husain bin Manshur bin Muhammad Al-Hallaj, yang dilahirkan di sebuah desa yang bernama "Thuur" dekat desa Baidhaa' di Persia. Ketika ia masih remaja, kira-kira umur 16 tahun, ia sudah mulai tertarik dengan kehidupan orang Shufi, sehingga ia berguru pada Ulama Shufi yang terkenal di masa itu, yang bernama Sahala bin Abdillah At-Tustary, dan seterusnya ia meneruskan pelajarannya pada 'Amr Al-makky dan Junaid Al-Baghdaady, serta aktif mengikuti gurunya dalam setiap pertapaan.
Dalam sejarah Tasawuf, dialah Shufi yang paling terkenal kegigihan mempertahankan pendapatnya, terutama falsafah "Al-Hulul yang dianutnya, sehingga menimbulkan pernyataan: Al-Hallaj.

pernyataan itulah yang mengandung protes para Fuqaha, bahkan ahli Tasawuf pun yang berbeda dengan pemahamanya, ikut menuduh Al-hallaj sebagai zindiq. Mendengarkan keterangan dari Al-Hallaj maka pengadilan memutuskan untuk menghukum mati beliau, meskipun murid. muridnya beramai-ramai untuk menghalangi hukaman itu, tetapi nasipnya tetap dihukum mati diakhir abad ketiga hijriyah ini, mulai timbul perkembangan baru sejarah tasawuf, yang ditandai dengan bermunculnya lembaga pendidikan dan pengajaran, yang didalamnya terdapat kegiatan pengajaran taswuf dan latihan-latihan rohaniah; yang antara satu lembaga pendidikan dengan yang lainnya, terdapat perbedaan corak ajaran Tasawuf yang diajarkannya dengan sistim yang berbeda-beda pula. maka darisinilah timbullah istilah Tarekat, yang nama sebenarnya adalah ATH-THARIQAH atau jalan.