Dasar dari Penamaan Angkatan 66 Beserta Ciri Karya Sastra Angkatan 66

Dasar dari Penamaan Angkatan 66 Beserta Ciri atau Warna Tersendiri dalam Sejarah Sastra Indonesia

Nama Angkatan 66 dalam Sastra Indonesia Mula-mula diperkenalkan H.B. Jassin dalam artikelnya berjudul Angkatan 66, Bangkitnya Satu Generasi. Dalam bukunya Angkatan 66 Prosa dan Puisi, H.B. Jassin mengatakan bahwa:
Secara politis Angkatan 66 terlahir dari pergolakan politik dalam sayarakat. Kelahirannya adalah suatu peristiwa politik. Di bidan kesusastraan ia mempunyai ukuran nilai. Ia antitirani, menegakkan keadilan dan kebenaran. dan kesenian senantiasa antikezaliman, ingin kebajikan, keadilan dan kebenaran itu dituangkan dalam hasil kesenian, hasil kesusatraan.

Karya sastra Angkatan 66 mempunyai ciri atau warna tersendiri dalam sejarah sastra Indonesia, yaitu sebagai berikut.


  1. Bercorak perjuangan antitirani, protes politik, antikezaliman dan antikebatilan.
  2. Becorak membela keadilan, kebenaran, dan kebajikan.
  3. Mencintai nusa, bangsa, negara dan persatuan dalam pergolakan.
  4. Pendobrakan terhadap kebobrokan yang disebabkan oleh penyelengan ngara secara besar-besaran sehingga membawa kepada kehancuran.
  5. Membela tegak berdirinya Pancasila yang telah diselewengkan. Juga terhadap demokrasi terpimpin yang dilaksanakan secara diktator terselubung.
  6. Berisi protes sosial dan protes politik.

Dasar dari Penamaan Angkatan 66 Beserta Ciri Karya Sastra Angkatan 66
Karya monumental berupa puisi yang dihasilakan pada masa Angkatan 66 di antaranya: Tirani dan Benteng (Kumpulan sajak) karya Mansur Samin, dan Pembebasan (Kumpulan sajak) karya Abdul Wahid Situmeang.