Kegiatan Blokade melalui laut dilakukan dari berbagai pelabuhan di seluruh Indonesia, terutama dari pelabuhan yang ada di pulau jawa dan Sumatra. Penyeludupan melalui laut ini mengangkut hasil bumi, hasil perkebunan, dan orang-orang yang ingin pergi ke Singapura, Malaya, dan negara lainnya,
Tokoh-tokoh indonesia yang berperan penting dalam penyeludupan melalui laut, antara lain..
Pelabuhan Tegal merupakan pelabuhan yang kurang terpantau oleh patroli Belanda sehingga penyeludupan sering dilakukan dari pelabuhan tersebut. Ketika kapal kembali dari luar negeri, mereka membawa berbagai keperluan, seperti senjata, obat-obatan, bahan pakaian, dan lainnya.
Sejak tahun 1947, pemerintah RI membentuk perwakilan resmi di Singapura, yaitu Indonesia Office (Indoff). Indoff bertugas untuk menembus blokade Belanda dengan mengirim senjata dan peralatan perang. Jika mungkin, Indoff juga berusaha untuk membeli kapal-kapal yang diperlukan Republik Indonesia.
Dalam upaya ingin menyehatkan perekonomian Indonesia, Pemerintah RI mengadakan Konferensi Ekonomi I dan II. Hasil konferensi tersebut memutuskan untuk mengadakan perbaikan pabrik-pabrik gula, karena gula merupakan bahan ekspor yang penting dan harus dikuasai negara.
Pemerintah RI juga mengadakan program Rencana Produksi Tiga Tahun 1948-1950, Program tersebut merupakan hasil pemikiran I.J Kasimo, yang ingin mengusahakan swasembada pangan. Rencana Produksi Tiga Tahun diwujudkan dalam tiga cara, yakni menanami tanah-tanah kosong di Sumatra Timur, mengusahakan bibit padi yang unggul, dan memperbaiki bidang perternakan. Pemerintah RI juga berusaha memperbaiki ekonomi Indonesia dengan mengajak para pengusaha swasta berpartisipasi dalam perhimpunan persatuan Tenaga Ekonomi.
Tokoh-tokoh indonesia yang berperan penting dalam penyeludupan melalui laut, antara lain..
- John Lee,
- O.P Kusno,
- Ibrahim Saleh,
- Chris Tampenawas
Pelabuhan Tegal merupakan pelabuhan yang kurang terpantau oleh patroli Belanda sehingga penyeludupan sering dilakukan dari pelabuhan tersebut. Ketika kapal kembali dari luar negeri, mereka membawa berbagai keperluan, seperti senjata, obat-obatan, bahan pakaian, dan lainnya.
Sejak tahun 1947, pemerintah RI membentuk perwakilan resmi di Singapura, yaitu Indonesia Office (Indoff). Indoff bertugas untuk menembus blokade Belanda dengan mengirim senjata dan peralatan perang. Jika mungkin, Indoff juga berusaha untuk membeli kapal-kapal yang diperlukan Republik Indonesia.
Dalam upaya ingin menyehatkan perekonomian Indonesia, Pemerintah RI mengadakan Konferensi Ekonomi I dan II. Hasil konferensi tersebut memutuskan untuk mengadakan perbaikan pabrik-pabrik gula, karena gula merupakan bahan ekspor yang penting dan harus dikuasai negara.
Pemerintah RI juga mengadakan program Rencana Produksi Tiga Tahun 1948-1950, Program tersebut merupakan hasil pemikiran I.J Kasimo, yang ingin mengusahakan swasembada pangan. Rencana Produksi Tiga Tahun diwujudkan dalam tiga cara, yakni menanami tanah-tanah kosong di Sumatra Timur, mengusahakan bibit padi yang unggul, dan memperbaiki bidang perternakan. Pemerintah RI juga berusaha memperbaiki ekonomi Indonesia dengan mengajak para pengusaha swasta berpartisipasi dalam perhimpunan persatuan Tenaga Ekonomi.