Biografi Singkat Teuku Nyak Arief Aceh

Teuku Nyak Arief

Lahir : Ulee Lheue, Aceh 17 Juli 1899
Wafat : Takengon, 4 Mei 1949
Makam : Lam Nyong, Aceh
Gelar : SK Presiden RI No. 071/TK/1974
Biografi Singkat Teuku Nyak Arif Aceh




Sejak muda, Teuku Nyak Arief yakin bahwa suatu hari nanti Indonesia akan merdeka dan menjadi bangsa yang besar. Dia kemudian pergi ke Serang, Jawa Barat untuk menambah wawasannya di OSVIA (Sekolah Pamong Praia) dan mulai menekuni pendidikannya hingga tamat pada tahun 1915. Lulus dari OSVIA, Nyak Arief kembali ke kampung halamannya.

Berkat pendidikannya di OSVIA, dia ditunjuk menjadi Ketua Nationale Indische Partij (NIP) cabang Banda Aceh. Pada tahun 1920, Nyak Arief menerima jabatan sebagai Panglima Sagi XXVI Mukim. Artinya, dia akan memimpin suatu daerah tertentu di Aceh.

Sama seperti pejuang lainnya, Nyak Arief masuk ke dalam keanggotaan Volksrood selama satu periode. Nyak Arief merupakan salah satu pendiri fraksi nasional di Volksrood. Dia seringkali mengkritik kebijakan-kebijakan pemerintah Hindia Belanda yang dianggapnya selalu merugikan rakyat Indonesia.

Pada masa pendudukan Jepang di Indonesia, Nyak Arief adalah anggota Aceh Syu Sangikai (Dewan Rakyat Daerah Aceh) dan juga anggota Sumatera Cuo Sangi In (Dewan Rakyat Sumatera). Kedua organisasi ini dibentuk oleh pemerintah Jepang. Walau begitu, diam-diam Nyak Arief melakukan gerakan bawah tanah untuk melawan Jepang.

Setelah Indonesia merde-ka, Nyak Arief diangkat se-bagai Residen Aceh. Tapi, saat itu di Aceh masih ada sisa-sisa tentara Jepang yang menunggu untuk dilucuti sekutu. Keda-tangan sekutu sangat ditentang oleh Nyak Arief. Dia mengang-gap Aceh masih bisa melakukan hal itu tanpa bantuan dari pihak luar.

Namun kemudian timbul pertikaian di antara orang Aceh sendiri, yaitu antara golongan agama dan uleebalang (bangsawan). Golongan agama ingin merebut kekuasaan dari golongan uleebalang yang dipimpin oleh Nyak Arief. Karena tidak ingin terjadi pertumpahan darah antarsaudara serta kerugian yang lebih besar, Nyak Arief akhirnya menyerahkan kekuasaan kepada golongan agama.

Dia kemudian merelakan dirinya ditawan oleh Laskar Mujahidin dan Tentara Perlawanan Rakyat (TPR) di Takengon. Dia wafat sebagai seorang tawanan karena penyakit gula yang dideritanya sejak lama kambuh kembali.

Perlu diketahui :

Menjelang kedatangan pasukan lepang di Aceh, Teuku Nyak Arief memimpin pemberontakan rakyat Aceh melawan penguasa Belanda. Kelompok pejuang akhirnya berhasil merebut kekuasaan. Namun tidak lama, Aceh kembali dikuasai oleh Jepang.