3 Sebab Seseorang Pergi Ke Dukun, Orang Pintar & Paranormal
Sesungguhnya seorang muslim yang jujur, ketika ditanya tentang hukum perdukunan tentu saja akan menjawab bahwa itu adalah terlarang dan merupakan perbuatan syirik kepada Allah SWT. Tapi, kenapa hal ini justru begitu menjamur dan mengakar dalam masyarakat kita. Setidaknya ada beberapa argumen untuk menjelaskan kenyataan diatas :
1. Awamnya Masyarakat Tentang Pengertian Dukun, Sihir dan Ruqyah Syar'iyyah.
Banyak kalangan awam, ketika diajarkan tentang bacaan-bacaan berbahasa Arab, meskipun mereka tidak mengerti artinya, mereka menganggap bahwa itu syar'i dan boleh hukumnya. Padahal, bacaan-bacaan yang tidak mempunyai landasan syari'at, ataupun mempunyai landasan syar'i tapi dipergunakan bukan pada tempatnya, seperti menulis ayat Al-Qur'an pada kalung lalu menggantungkannya di leher dengan maksud kebal atau menjaga diri, adalah perbuatan sekaligus peremehan terhadap ayat-ayat Al-Qur'an. Juga banyaknya padepokan-padepokan,yayasan-yayasan yang mengajarkan ilmu sihir (reiki, bionenergi, tenaga dalam, ilmu kanuragan,kekebalan,mahabbah,jual jimat,jual benda keramat) tetapi juga melakukan terapi ruqyah syirkiyyah.Yang membuat masyarakat awam banyak tertipu hingga tidak bisa membedakan antara ruqyah syar'iyyah dan ruqyah syirkiyyah.
2. Adanya Sosok yang Menamakan Diri Mereka Kyai dan Ulama Tapi Pada Kenyataan Mempraktekkan Sihir dan Perdukunan.
Kami tak melakukan apa-apa, hanya berdoa kepada Allah, dan atas ridha-Nyalah doa kami itu terkabul", tutur seorang paranormal di sebuah media. Ungkapan di atas dan semisalnya adalah ucapan klise yang sering keluar dari mulut paranormal atau dukun. Mereka berlindung di balik kata "doa" dan nama "Allah" untuk mengelabui orang dan meyakinkan bahwa kemampuan yang dimilikinya itu adalah pemberian dari Allah dan tidak bertentangan dengan ajaran agama. Untuk membantah syubhat (kerancuan) ini, perhatikanlah firman Allah: iblis menjawab,
'Demi kekuasaan (izzah) Engkau, aku akan menyesatkan mereka semuanya:" (Shad: 82).
Iblis makhluk yang telah nyata kekafirannya kepada Allah (Al-Baqiarah: 24) menggunakan sifat Allah (Al-Izzah) dalam bersumpah. Maka bukan suatu hal aneh jika mereka menggunakan nama Allah, membaca (potongan) ayat-ayat Al-Quran sebagai mantera.
Penggunaan simbol-simbol agama bukan ukuran kebenaran. Bukankah iblis yang menggunakan sifat Allah ketika bersumpah tidak menjadi pembenaran bahwa ia sesungguhnya tidak sesat dan menyesatkan. Selain itu, mereka mengatakan bahwa ilmu yang diberikan berdasar pada agama (Al-Quran). Tapi pada saat yang sama, mereka juga memberikan syarat, azimat dan amalan-amalan yang tidak sesuai dengan Al-Quran atau tidak diajarkan oleh Al-Quran.
Mereka bukanlah ulama, melainkan para da'i syaitan yang mengajak pada neraka jahannam. Kaum Muslimin tidak pernah berbeda pendapat dalam masalah asasi seperti Tauhid dan Syirik. Oleh karena itu, melakukan berbagai tindakan yang bertentangan dengan aqidah Islam, dengan legitimasi segelintir orang yang menamakan dirinya syeikh-syeikh, kyai adalah penyimpangan dari syarrat islam.
Mereka bukanlah ulama, melainkan para da'i syaitan yang mengajak pada neraka jahannam. Kaum Muslimin tidak pernah berbeda pendapat dalam masalah asasi seperti Tauhid dan Syirik. Oleh karena itu, melakukan berbagai tindakan yang bertentangan dengan aqidah Islam, dengan legitimasi segelintir orang yang menamakan dirinya syeikh-syeikh, kyai adalah penyimpangan dari syarrat islam.
3. Lemahnya Iman
Lemah iman (kurangnya keyakinan bahwa Allah adalah tempat meminta segala keperluan) adalah faktor utama bagi seseorang untuk mencari alternatif lain untuk menyelesaikan permasalahan hidup.