Secara Selintas, Bermula Penyebaran Musik Barat di Indonesia Bagian Timur

Penyebaran musik barat di nusantara, secara selintas bermula dari daerah Indonesia bagian Timur lewat para pelaut Spanyol dan Portugis dalam konteks imperialisme abad XVI. Tradisi musik barat telah memasukkan solmisasi bagi tradisi vokal di daerah nusantara bagian Timur dengan konsentrasinya di sekitar perbentengan orang-orang Spanyol dan Portugis. Mereka datang ke Indonesia bagian Timur tanpa mengenalkan musik seni Eropa, tetapi musik rakyat dengan iringan cavaquinho (ukulele), biola, gitar, dan sebagainya sebagai sarana hiburan para pelaut dan pemukiman di sekitar mereka.

Hadirnya balai-balai pertemuan untuk orang Belanda dan Barat di beberapa kota, khususnya di Jawa, dan adanya keikutsertaan para raja di Jawa untuk berdansa quadrille, yaitu dansa atau tarian asal spanyol (cuadrilla yang asalnya tentang para penunggang kuda) dengan empat pasang atau lebih penari, menambah bentuk musik barat bagi kebutuhan hiburan, dansa, dan band militer Belanda.

Lahirnya kalangan elit Indonesia di masa pra-Perang Dunia II yang berorientasi ke Belanda serta adanya beberapa sekolah guru di Jawa juga telah menyebabkan masuknya tradisi musik barat seperti pemakaian notasi balok lewat piano. Pada tahun 1930-an, stasiun-stasiun radio kolonial di beberapa kota besar nusantara mengundang minat musik yang lebih besar. Studio-studio tersebut umumnya memiliki orkes musik, ensambel atau combo, penyanyi dan pianis tetap untuk mengisi agenda siaran radio dengan acara-acara musik serius maupun hiburan.

Pekerja-pekerja musik di studio-studio radio maupun di tempat-tempat hiburan ini umumnya dilakukan oleh para pemusik profesional asing. Melalui media yang sama, pada saat itu pula mulai masuk musik populer Amerika, jazz dan blues ke ranah Hindia Belanda. Grup-grup musik pada waktu itu hanya memainkan tren-tren lagu dalam musik populer Euro-Amerika dan musik klasik ringan. Inilah cikal bakal perkembangan musik populer di Indonesia.

Pendudukan Jepang pada tahun 1942-1945 tidak memberikan perkembangan baru dalam tradisi musik barat di nusantara. Tahun 1950-an menjadi titik balik perkembangan musik di Indonesia yang sesungguhnya. Tahun-tahun tersebut merupakan awal pembinaan musik melalui disiplin akademik. Beberapa orang muda Indonesia menerus-kan pelajaran musik ke luar negeri untuk memperdalam ilmu musik. Tahun 1950-an juga merupakan awal dibukanya berbagai pendidikan kesenian dan musik di Indonesia, antara lain Sekolah Musik Indonesia (kemudian
Secara Selintas, Bermula Penyebaran Musik Barat di Indonesia Bagian Timur
AMI, sekarang 1S1), Yayasan Pendidikan EV'usik (YPM) di Jakarta (terutama untuk piano), B. I. Guru Musik (kemudian IKIP sekarang UP) di Yogyakarta, Malang, Bandung, dan Jakarta. Generast akademik tahun 1950-an baru memunculkan sosoknya tahun 1979, melalui Forum Pekan Komponis—Dewan Kesenian jakarta. Kegiatan ini merupakan forum festival. tempat komponis dari berbagai jenis latar belakang disiplin musik berkumpul dalam satu dialog pergelaran karya dan diskusi intensif tentang musik baru di Indonesia. Sampai tahun 2001, forum pekan komponis lebih banyak diisi aktivitas para komponis dengan latar belakang musik tradisi dari  hudava etnik  Sunda, lawa. Bali,  dan Minang.