Ya Allah Aku Lelah Menjalani Hidup ini, By: Nuruddin Al Indunissy

Ya Allah Aku Lelah Menjalani Hidup Ini


Mungkinkah seseorang itu bisa naik ke anak tangga ke 3 tanpa meniti tangga 1 dan 2 terlebih dahulu? Jawabannya tidak mungkin. Namun sering ketika sudah ditangga ke 10 atau dipuncak, seseorang melupakan tangga pertamanya. Dimana ia dulu belajar meninggi..
Dalam hidup ini, senantiasa ada guru yang mengajari kita. Orang tua, ajari kita makan, bicara, duduk, berdiri, berjalan hingga berlari.

Di pondok kita diajari alif ba ta, hingga pandai membaca al Quran. Dan kini kita menghafalnya. Disana kita diajari siapa tuhan kita, bagaimana cara mengimaninya dan kemudian kita mendakwahkannya saat ini.

Disekolah dasar, kita diajari membaca, berhitung dll. Disekolah menengah kita diajari soal yang lebih rumit. Di sekolah tinggi kita diajari untuk berfikir, mengenal potensi diri.
Dan akhirnya kita kuliah, mengasah kemampuan berfikir dan akhirnya ia menjadi senjata yang bisa kita mainkan dikehidupan nyata. Menebas rintangan dan hambatan menuju cita-cita. Akhirnya, dari kesungguhan belajar bersama guru-guru yang berlalu kita mencapai puncak. Dan kita pun terbang kesana-kemari..

Tahukah saudaraku, disuatu ketika engkau lelah mengayuh perahu kehidupan. Disuatu masa engkau akan merasa lelah dan ada kalanya sayapmu melemah dan patah, lalu engkaupun terjatuh. Maka, ketahuilah disana ada banyak guru lain. Guru kehidupan!
Engkau melihatnya sederhana, bahkan tidak ada seorangpun memanggilnya guru. Ia berkata-kata dan dengannya engkau berubah, Allah berkenan menjadikan kedua tangan dan lisannya sebagai asbab cahaya hidayah yang masuk kehatimu.

Dan, engkaupun berdiri dengan kaki yang baru. Berjalan dan berlari. Lalu meninggi lagi. Ingatkah bahwa kehidupan ini keseluruhannya ujian. Nabi Adam Alaiyhissalam diturunkan kebumi ini untuk diuji. Bukan expedisi kekutub selatan atau jalan-jalan.
Maka engkaupun akan diuji. Semakin engkau meninggi, maka kemungkinan semakin berat engkau rasakan ketika kelak terjatuh..

Ketika engkau telah meninggi, sebenarnya gurumu lah yang paling bahagia menyaksikan ketinggianmu dari bawah. Dan ia tak akan pernah lupa kepadamu, megangimu dan menguatkanmu. Meski engkau kini, mungkin telah melupakannya.
Jangan lupa, anak tangga itu seperti batuan dalam bangunan ia saling menopang lalu membentuk satu istana. Istanamu tak akan kekal jika engkau lupakan untuk perhatikan pondasinya.
Meski pondasi tak pernah ingin diatas, dialah yang dulu mengantar dan menahanmu. Ayah ibumu, guru-gurumu dan guru kehidupanmu. Disekitarmu..

Jangan pernah meninggi tanpa restu gurumu, apalagi menghancurkan anak tangga yang dulu engkau injak. Karena ia akan merobohkan dirimu. Menghancurkanmu dari puncak sana.
Betapa banyak orang-orang sukses dunianya, namun hatinya dalam kesedihan dan kesusahan. Bukanlah ilmu itu yang berkah itu melahirkan amal, keberkahan dan kemudahan?
Kenapa hari-hari semakin sulit dan menyesakkan, penuh kerapuhan dan kegoyahan?
Lihatlah kebawah, sambungkan kembali rantai yang engkau putus. Susun kembali silaturahim. Bangun kembali pondasi dan anak-anak tangga pertama, kedua hingga tangga puncak dimana engkau berdiri.

Jangan lihat keatas terus, sesekali lihatlah kebawah. Siapakah dirimu 2 atau 3 tahun lalu. 5 atau 10 tahun lalu. Dan peluklah lukisan kisahmu, beserta pelukis-pelukis agung disebaliknya. Maka pagi ini, tak lama lagi engkau akan rasakan nikmatnya secangkir kebahagiaan.
Anggaplah tulisan ini adalah celoteh.
Dari seorang teman, ditangga kehidupanmu.
Nuruddin Al Indunissy
Kediri 15 Agustus 2019
Ya Allah Aku Lelah Menjalani Hidup ini, By: Nuruddin Al Indunissy