Tangan Sendirilah Pembuat Jalan Masa Depannya

 Apabila kamu berkeyakinan bahwa kamu tidak akan sampai kepada-Nya selain setelah melebur semua keinginan dan kebutuhanmu, maka sesungguhnya setelah melebur keinginan dan kebutuhanmu pun, kamu tidak akan sampai kepada-Nya. Akan tetapi jika Dia menghendakimu sampai kepada-Nya, Dia akan menutupi sifatmu dengan sifat-Nya, watakmu dengan watak-Nya. Dia akan membuatmu sampai kepada-Nya dengan apa yang diberikan-Nya kepadamu, bukan dengan apa yang kamu berikan kepada-Nya. Kalau bukan karena kebaikan-Nya, tidak ada amal yang berhak diterima.
            Banyak sekali dalil agama yang menunjukkan bahwa amal saleh merupakan jalan sorga, sedang amal jelek merupakan jalan neraka. Allah telah menjanjikan kaum mukminin kenikmatan dan mengancam orang-orang durhaka dengan neraka jahim. Allah menolak mempersamakan dua kelompok itu (kelomkpok mkukminin dan kelompok durhaka) dalam balasan, sebab itu bertentangan dengan keadilan. “Sesungguhnya bagi orang-orang yang bertakwa (disediakan) surga-surga yang penuh kenikmatan di sisi Tuhannya. Maka apakah kami patut menjadikan orang-orang islam itu sama dengan orang-orang yang berdosa (orang kafir)? Mengapa kamu (berbuat demikian): bagaimanakah kamu mengambil keputusan?”.
            Allah memberitakan bahwa nikmat yang disarankan oleh ahli iman yang beramal saleh itu kekal, tidak berubah. “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh, bagi mereka surga-surga yang penuh kenikmatan. Kekal mereka di dalamnya, sebagai janji Allah yang benar”.
            Dia memberitakan bahwa orang-orang fasik dsan kafir mesti merasakan azab yang menyakitkan, sebagaimana firman-Nya:
Lemparkanlah ke dalam neraka semua orang yang sangat ingkar dan keras kepala, yang sangat enggan berbuat kebajikan, melanggar batas lagi ragu-ragu, yang menyembah sembahan yang lain beserta Allah. ‘Yang menyertai dia berkata (pula): ‘Ya tuhan kami, aku tidak menyesatkannya tetapi dialah yang berada di kesesatan yang jauh’. Allah berfirman: ‘Janganlah kamu bertengkar di hadapan-Ku, padahal sesungguhnya Aku dahulu telah memberikan ancaman kepadamu’. Keputusan di sisi-Ku tidak dapat diubah dan Aku sekali-kali tidak menganiaya hamba-hamba-Ku.

            Ayat-ayat ini, juga ratusan ayat lainnya, menunjukkan dengan jelas bahwa manusia adalah penentu tempat kembalinya sendiri. Tangan sendirilah pembuat jalan masa depannya. Takdir Tuhan tidak pernah membawa manusia ke negeri pembalasan dalam keadaan hina.
            Qadha dan Qadar tidak menentukan masa depan manusia. Di akhirat mereka akan memetik hasil yang mereka tanam di dunia. Kalau ada yang menyatakan pendapat selain pendapat ini, maka pastilah ia merupakan kebodohan tentang islam atau mengada-ngada belaka.
            Di anatara kesempurnaan amal saleh adalah harus sesuai dengan ketentuan, serta tidak melampaui batas-batasnya. Orang yang beranggapan bahwa ibadah beberapa tahun di bumi merupakan modal utama untuk memperoleh kekekalan tak berkesudahan di langit, pastilah orang itu sembrono dan mengada-ngada. Orang yang mengira bahwa ketaatan yang kita persembahkan, walaupun tidak benar dalam pelaksanaannya dan tidak murni niatnya, maka ketaatan itu kebal dari kritik dan koreksi, orang itu tertipu.
            Sebenarnya, Allah melihat niat hati yang melatari amal mereka yang mengerjakannya. Jika niatnya baik, Allah akan memaafkan banyak kekeliruan dan kekurangannya. Dia akan memperbanyak amal sedikit yang didasari dengan niat yang baik, seperti memperbanyak hasil panen petani walaupun benih yang ditanam tidak banyak. Kalau tidak demikian, maka seseorang tidak  akan merasakan nikmatnya suatu kemenangan “Dan kalau saja bukan karunia Allah dan rahmat-Nya kepada kalian, maka Dia selamanya tidak akan menyucikan seorang pun dari kalian, akan tetapi Allah menyucikan orang yang dikehendaki-Nya.
            Berbangga dengan ilmu yang dimiliki merupakan sifat tercela yang dapat menggugurkan amal. Jika seseorang memohon kepada Allah agar mendekatkan kepada-Nya atau memperbanyak ganjaran baginya sebab ia merasa telah mengerahkan usaha untuk itu, maka sebenarnya ia tidak berhak mendapat sesuatu yang istimewa di sisi Allah.

          Lihatlah serentetan amal yang kamu lakukan sepanjang usiamu di muka bumi. Amal manakah yang luput dari kecacatan nafsu dan bebas dari kekurangan? Kalau amal-amal itu adalah amal orang lain, lalu diberikan kepadamu, tentu kamu tidak akan menerimanya. Seorang mukmin hakiki yang beramal, tapi ia tak pernah berharap banyak dan mengagung-agungkan amalnya.
            Banyak orang memahami larangan berbangga diri sebagai pengguguran nilai amal secara keseluruhan. Sehingga tertanam dalam benak mereka pemahaman seperti ini; amal tidak memasukkannya ke dalam sorga. Maka tidak perlu ada perhatian terhadap amal, dan tidak perlu mengerahkan upaya untuk beramal! Setelah itu mereka memutuskan bahwa amal saleh bukan jalan menuju sorga dan sorga adalah pemberian Allah yang diberikan kepada orang yang dikehendaki-Nya, walau orang itu tidak beramal sama sekali. Bahkan orang-orang bodoh dari kalangan ahli kalam beranggapan bahwa orang-orang jahat bisa masuk sorga dan orang-orang baik masuk neraka.
            Anggapan seperti itu merupakan omong kosong dan pemikiran yang bodoh, serta mengada-ngada terhadap Allah dan para rasul-Nya. Kita tunggu saja bagaimana sikap mereka ketika Allah berkata kepada orang-orang mukmin pada hari penghabisan kelak: “Dan itulah sorga yang diwariskan kepadamu disebabkan amal-amal yang dahulu kamu kerjakan. Di dalam sorga itu ada buah-buahan yang banyak untukmu yang sebagainya kamu makan”.
            Kemudian Allah meneruskan: “Sesungguhnya orang-orang yang berdosa kekal di dalam azab neraka Jahannam. Tidak diringankan azab itu dari mereka dan mereka di dalamnya berputus asa. Dan tidaklah kami menganiaya mereka tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri”. Inilah makna dan subtansi ibadah yang sesungguhnya, suatu perbuatan yang dilakukan hanya mencari ridha-Nya.