Sejarah Perkembangan Tasawuf Pada Abad 1 dan 2 Hijriyah

Sejarah Perkembangan Tasawuf Pada Abad 1 (Satu) dan 2 (Dua) Hijriyah

1. Perkembangan Tasawuf Pada Masa Sahabat

Para sahabat juga mencontohi kidupan Rasulullah yang serba sederhana, dimana hidupnya hanya semata-mata diabdikan kepada Tuhan nya. beberapa sahabat yang tergolong shufi diabat pertama, dan berfungsi sebagai maha guru bagi pendatang dari luar kota madinah, yang tertarik pada kehidupan Shufi. Sahabat-sahabat yang dimaksudkan; antara lain: Abu Bakar Ash-Shiddiq ( W. Tahun 13 H). beliau adalah saudagar yang kaya raya ketika masih berda di mekkah. tetapi ia hijrah kemadinah, harta kekayaannya telah habis disumbangkan untuk kepentingan tegaknya agama Allah, sehingga ia dan keluarganya mengalami kemiskinan dalam hidupnya.

Umar bin Khathab; (W.Tahun 23 H)

Beliau termasuk orang tinggi kasih sayangnya terhadap sesama manusia. maka ketika ia menjadi Khalifah, beliau selalu mengadakan pengamatan langsung terhadap keadaan rakyatnya. suatu ketika umar mendapatkan seorang ibu yang berpura-pura memasak untuk menenangkan tangis anak-anaknya yang sangat lapar. ketika umar menyelidikinya, ia melihatnya bahwa yang dimasak itu adalah batu, maka beliau bertanya kepada ibu itu; mengapa anda tidak memasak roti, hanya memasak batu? jawab si ibu, saya tidak mempunyai gandum. seketika itu pula umar pulang dengan cepat mengambil gandum di baitulmaal, kemudian ia sendiri yang memikulnya untuk diberikan kepada ibu yang miskin tadi. maka disinilah terlihat sikaf thadhu' umur sebagai seorang shufi dan ia pula senang hidup dalam kemiskinan sebagaimana halnya Abu Bakar.

Usman Bin Affan; ( W.Tahun 35 H) 

Meskipun  ia diberikan kelaparan Rezeki oleh Allah, namun ia selalu ingin hidup yang sederhana. sedangkan harta kekayaannya yang berlimpah ruah, selalu dijadikan sarana untuk menolong orang-orang miskin. hal ini, tergambar pada dirinya bahwa ia termasuk shufi, karena beliau tidak tertarik kepada kekayaan atau kesenangan duniawi.

Ali Bin Abi Thlib; (W. Tahun 40 H)

Beliau juga termasuk orang yang senang hidup sederhana, sehingga diriwayatkan bahwa ketika sahabat lain berkata kepadanya; mengapa khalifah senang memakai baju itu, padahal sudah robek-robek? Ali menjawab, aku senang memakainya agar menjadi tauladan kepada orang banyak, sehingga mereka mengeti bahwa hidup sederhana merupakan sikap yang mulia. maka sikap dan pertanyaan inilah yang menandakan diri beliau sebagai seorang shufi.

Salman Al-Faarisiy

Sejak salman masih beragama masehi, ia sudah dikenal sebagai orang yang sangat arif dan mengatahui secara mendalam ilmu-ilmu ghaib. ia pernah meramalkan akan datang seorang rasul yang terakhir (yaitu Muhammad). iapun tergolong ahli Zuhud orang orang masehi yang senang mengembara kapada berbagai negeri dengan cara hidup yang miskin, padahal ia adalah seorang putra dari penguasa yang kaya-raya disuatu negeri. ketika bertemu dengan Rasulullah, ia  langsung mempercayai ajarannya, karena telah melihat tanda-tanda kenabian pada bahu sebelah kanan beliau, yang persis sama dengan tanda-tanda yang pernah diberikan sebelumnya dalam kitap injil. dan ketika ia menganut agama islam ia tertarik kepada ajaran tasawuf, sehingga sangat tekun mencontohi kehidupan nabi dalam bidang tersebut. dalam kehidupannya seorang shufi ia tergolong dari" Ahlush Shuffah" yang selalu mengamalkan ajaran zuhud; yang pada akhirnya ajaran tersebut berkembang di kota Bashrah di akhir abad kedua hijriyah.

Abu Dzarr Al-Ghifaary.

ia adalah seorang shufi yang selalu mengamalkan ajaran zuhud yang telah dirintis oleh Abu Bakar dan Umar. Ia lebih senang memilih cara hidup yang miskin, dan tidak pernah meras menderita bila ditimpa cobaan, Bahkan sering mengemukakan pernyataanya, bahwa ia sangat senang menerima berbagai macam cobaan dari Allah SWT kepadanya, karena menganggapnya bahwa cobaan itu merupakan perhatian Tuhan terhadapnya, Karena itu, setiap kali meras dicoba Allah SWT, ia mengucapkan kalimat syukur dan tahmid.

Ammar bin Yaasir.

ia seorang Shufi yang sangat setia kepada Khalifah Ali bin Abi Thalib, sehingga terlihat ajaran Tasa-wufnya sama dengan ajaran Tasawuf yang telah diamalkan oleh Ali sebelumnya. iapun termasuk salah seorang dari "Ahlush Shuffah" yang pernah menyatakan, bahwa bila amalan zuhud merupakan perhiasan dalam segala kebaikan, maka harta benda itu merupakan kebanggaan bagi pemuka-pemuka masyarakat Mekkah yang telah diberantas oleh agama islam. Maka menurut dia, seorang hamba yang menginginkan kemuliaan dari Allah, ia harus menghiasi dirinya dengan amalan zuhud, dan menjauhkan dirinya dari kemewahan harta benda. Berarti tidak mengulangi sikap dan prilaku orang-orang Mekkah yang telah diberantas oleh ajaran islam.

Hudzifah bin Al-Yaman.

Ia tergolong salah seorang Shufi yang setia kepada Ali bin Abi Thalib, sebagaimana halnya 'Ammar bin Yaasir. Ia tergolong sebagai Alim yang bijaksana, sehingga banyak orang yang datang belajar Tasawuf kepadanya. Dalam menga-jarkan Tasawuf, ia selalu mendapatkan bimbingan dari Ali, terutama cara mengajarkan ilmu itu kepada murid-muridnya. Ali sering memerintahkannya, agar tidak sembarangan orang yang dapat diterima sebagai muridnya dalam pengajaran Tasawuf, sebab hal itu bisa berbahaya terhadap murid-murid yang tidak mampu menerimanya. Menurut ali, Ilmu Tasawuf merupakan ilmu yang sangat tinggi. Maka orang yang akan diajarkan ilmu tersebut, harus disesuaikan dengan kemampuan akal dan perasaanya.

Miqdaad bin Aswad (W. tahun 33 H).

ia adalah seorang Shufi yang berpegang teguh kepada ajaran zuhud, dan termasuk salah seorang ulama shufi yang sangat menentang kebijaksanaan politik yang dijalankan oleh Khalifah Utsman. Tetapi setelah ia wafat, bahkan Khalifah Ustman sering mengemukakan kekagumannya, dan memuji cara hidup Miqdaad, yang dinilainya sebagai salah seorang Ulama Shufi yang terkemuka. Juga banyak murid-murid nya menjadi Ulama besar, mereka sering menunjukkan kelebihan gurunya, terutama sekali ketekunannya dalam mengamalkan ajaran zuhud. dan kealimannya sangat memukau orang-orang yang pernah melihatnya, terutama pemuka masyarakat dan pengawai-pengawai pemerintah ketika itu.

2. Perkembangan Tasawuf Pada Masa Tabi'in


Ulama-ulama shufi dari kalangan Tabi'in, adalah murid dari Ulama-ulama Shufi dari kalangan shabat. Perkembangan Tasawuf pada abad kedua, dengan mengemukakan tokoh-tokohnya pula dari kalangan Tabi'in; meskipun sebenarnya masih ada beberapa Ulama Shufi Tabi'in yang masih hidup pada masa abad pertama, namun waktu meninggalnya berdada dipermukaan abad ke dua Hijriyah. Tokoh-tokoh Ulama Shufi Tabi'in antara lain :

Al-Hasan Al-Bashry; (22H - 110H).

Ia mendapatkan ajaran Tasawuf dari Hudzaifah bin Al-Yaman, sehingga ajaran itu mempengaruhi sikap dan prilakunya dalam kehidupannya sehari-hari. Maka ia dikenal sebagai Ulama Shufi yang sangat dalam ilmunya tentang rahasia-rahasia yang terkandung dalam ajaran islam, dan sangat menguasai ilmu bathin. Ilmu yang didapatnya dari gurunya, selalu diajarkan kepada murid-muridnya yang bertebaran di kota Bashrah.
Iapun dikenal sebagai orang yang pertama kali menggunakan mesjid Bashrah sebagai madrasah (tempat mengajarkan ilmu agama).

Dalam mengamalkan ajaran zuhud, ia berpendapat bahwa kita hurus lebih dahulu memperkuat perasaan tawakkal kepada Allah, khauf (takut) terhadap siksaanya. Kemudaian kita harus meninggalkan kenimatan dunia, karena hal itu merupakan hijab (penghalang) dari keridhaan Allah SWT.

Kata-kata hikmah yang pernah dilontarkan kepada murid-muridnya antara lain:

1. Perasaan takut yang mengarah pada kepada perasaan tentram, lebih baik daripada perasaan tentram yang akan menimbulkan pera-saan takut.

2. Tafakkur membawa kita kepada kebaikan yang akan dikerjakannya. menyesal atas kesalahan, berarti kita sadar dan akan meninggalkannya. Barang yang sifatnya fana (binasa), tidak dapat mengalahkan barang yang baqaa (tetap) meskipun yang fana itu lebih banyak daripada yang baqaa. Maka jagalah dirimu dari sesuatu yang menjadi tipuan bagimu.

3. Orang yang beriman selalu beduka cita, karena ia hidup antara dua ketakutan; yaitu mengenang dosanya yang telah lalu dengan segala ganjarannya kelak, serta takut ketika memikirkan dosa yang mungkin akan diperbuatnya.

4. Akhir kehidupan dunia merupakan awal kehidupan akhirat dan kubur.

5. Manusia harus sadar bahwa kematian sedang menghadannya, hari kiamat akan menepati janjinya, dan hamba akan dihadapkan kepada pengadilan di akhirat.