Tasawuf di Zaman Global dan Informatik
Sebagian yang telah diungkapkan di atas, Tasawuf pada dasarnya membahas dasar dari segala dasar, karena itu Tasawuf pada dasarnya adalah filsafat juga, hanya seja kalau filsafat mencari Tuhan dengan menggunakan daya nalar (akal ), sedangkan Tasawuf menggunakan daya rasa (kalbu)
Dalam kehidupan modern, ajaran Tasawuf dapat diterapkan dalam konteks situasi dan kondisi yang ada. apalagi dalam kehidupan yang kompleks dan kompetitif dalam arus globalisasi seperti sekarang ini dapat menyebabkan manusia berada dalam kondisi yang yang labil dan kehilangan arah. Persaingan yang tajam dan kesibukan yang menyita waktu melahirkan jiwa yang rapuh, resah dan cemas. Pada situasi seperti ini manusia memerlukan jalan keluar yang dapat membawanya kepada situasi yang damai dan tentram.
Dalam kehidupan modern dimana teknologi manusia mencapai puncaknya, maka cara-cara pemeliharaan kesehatan tubuh telah dibuat dengan teknologi yang canggih, tetapi pemeliharaan kesehatan jiwa tidak detemukan teknologi, padahal kesehatan tubuh banyak yang disebabkan kegoncangan jiwa.
Penyakit-penyakit kejiwaan banyak yang berawal dari cara pengandalian nafsu yang ada dalam diri manusia, seperti sifat rakus, pemarah dan mau menang sendiri, suudzan dan sebagainya. Penyakit-penyakit hati itu dapat membawa kepada penyakit fisik. Rakus akan melahirkan jiwa yang resah, karena selalu merasa tidak puas terhadap apa yang telah dicapainya, karena itu orang demikian akan senantiasa dihantui oleh keinginan-keinginan yang lain, sehingga hari-harinya dipenuhi dengan pencaraian kepuasan baik halal maupun haram yang tiada henti-hentinya. Sifat pemarah melahirkan perasaan tidak menyenangkan bagi dirinya maupun orang lain, sebagai akibat merasa benar sendiri dan mau menang sendiri.
Demikian pula suudzan melahirkan jiwa yang gundah, karena di dalam hatinya tersimpan ketidak senangan terhadap orang lain dan egoisme yang berlebihan.
Mengobati penyakit jiwa yang berbahaya tersebut dalam pandangan ahli Tasawuf adalah dengan cara menimbulkan watak-watak yang terpendam dalam diri, seperti sifat syukur, iffah (pemaaf) dan rahmah.
Sifat syukur hanya akan dapat dimiliki kalau ada proses penghayatan dan perenungan yang mendalam, memberihkan hati dari sikap takabur. Syukur adalah menerima apa yang kita peroleh sebagai anugrah Allah kepada kita yang patut kita terima dengan hati yang lapang dan diarahkan kepada jalan yang dikehendaki Allah. Apabila syukur telah terhayati, maka akan lahir perasaan hati yang lapang dan ketentraman jiwa dan dirasakan.
Iffah atau pemaaf adalah membuka lebar-lebar hati dan perasaan kita kepada orang lain dengan penuh keiklasan. pemaaf hanya akan tumbuh kalau terjadi proses penghayatan terhadap jati diri kita sebagai manusia yang tidak mungkin selamanya berbuat benar dan tidak pula selamanya berbuat baik.
Benar dan salah adalah sifat yang manusiawi. karena itu kesadaran terhadap jati diri kemanusian kita dan kemaha pemurahan Allah, akan melahirkan sifat pemaaf terhadap orang lain. memaafkan orang lain akan membuang beban jiwa dan menentramkan batin.
Menanamkan sifat-sifat tersebut dilakukan melalui latihan jiwa yang dalam prakteknya dapat dilakukan melalui pendekatan yang diajarkan oleh Tasawuf.
Ajaran Tasawuf dapat memberikan alternatif bagi pemecahan masalah kejiwaan manusia ini dengan metode-metode yang diajarkannya, karena itu dalam masa modern ini ajaran Tasawuf melalui Tarekat-Tarekat kembali dipelajari orang. (A.Toto Suryana : 1997 : 88-90).
Penulis : Drs. Damanhuri Basyir, M.Ag
Sebagian yang telah diungkapkan di atas, Tasawuf pada dasarnya membahas dasar dari segala dasar, karena itu Tasawuf pada dasarnya adalah filsafat juga, hanya seja kalau filsafat mencari Tuhan dengan menggunakan daya nalar (akal ), sedangkan Tasawuf menggunakan daya rasa (kalbu)
Dalam kehidupan modern, ajaran Tasawuf dapat diterapkan dalam konteks situasi dan kondisi yang ada. apalagi dalam kehidupan yang kompleks dan kompetitif dalam arus globalisasi seperti sekarang ini dapat menyebabkan manusia berada dalam kondisi yang yang labil dan kehilangan arah. Persaingan yang tajam dan kesibukan yang menyita waktu melahirkan jiwa yang rapuh, resah dan cemas. Pada situasi seperti ini manusia memerlukan jalan keluar yang dapat membawanya kepada situasi yang damai dan tentram.
Dalam kehidupan modern dimana teknologi manusia mencapai puncaknya, maka cara-cara pemeliharaan kesehatan tubuh telah dibuat dengan teknologi yang canggih, tetapi pemeliharaan kesehatan jiwa tidak detemukan teknologi, padahal kesehatan tubuh banyak yang disebabkan kegoncangan jiwa.
Penyakit-penyakit kejiwaan banyak yang berawal dari cara pengandalian nafsu yang ada dalam diri manusia, seperti sifat rakus, pemarah dan mau menang sendiri, suudzan dan sebagainya. Penyakit-penyakit hati itu dapat membawa kepada penyakit fisik. Rakus akan melahirkan jiwa yang resah, karena selalu merasa tidak puas terhadap apa yang telah dicapainya, karena itu orang demikian akan senantiasa dihantui oleh keinginan-keinginan yang lain, sehingga hari-harinya dipenuhi dengan pencaraian kepuasan baik halal maupun haram yang tiada henti-hentinya. Sifat pemarah melahirkan perasaan tidak menyenangkan bagi dirinya maupun orang lain, sebagai akibat merasa benar sendiri dan mau menang sendiri.
Demikian pula suudzan melahirkan jiwa yang gundah, karena di dalam hatinya tersimpan ketidak senangan terhadap orang lain dan egoisme yang berlebihan.
Mengobati penyakit jiwa yang berbahaya tersebut dalam pandangan ahli Tasawuf adalah dengan cara menimbulkan watak-watak yang terpendam dalam diri, seperti sifat syukur, iffah (pemaaf) dan rahmah.
Sifat syukur hanya akan dapat dimiliki kalau ada proses penghayatan dan perenungan yang mendalam, memberihkan hati dari sikap takabur. Syukur adalah menerima apa yang kita peroleh sebagai anugrah Allah kepada kita yang patut kita terima dengan hati yang lapang dan diarahkan kepada jalan yang dikehendaki Allah. Apabila syukur telah terhayati, maka akan lahir perasaan hati yang lapang dan ketentraman jiwa dan dirasakan.
Iffah atau pemaaf adalah membuka lebar-lebar hati dan perasaan kita kepada orang lain dengan penuh keiklasan. pemaaf hanya akan tumbuh kalau terjadi proses penghayatan terhadap jati diri kita sebagai manusia yang tidak mungkin selamanya berbuat benar dan tidak pula selamanya berbuat baik.
Benar dan salah adalah sifat yang manusiawi. karena itu kesadaran terhadap jati diri kemanusian kita dan kemaha pemurahan Allah, akan melahirkan sifat pemaaf terhadap orang lain. memaafkan orang lain akan membuang beban jiwa dan menentramkan batin.
Menanamkan sifat-sifat tersebut dilakukan melalui latihan jiwa yang dalam prakteknya dapat dilakukan melalui pendekatan yang diajarkan oleh Tasawuf.
Ajaran Tasawuf dapat memberikan alternatif bagi pemecahan masalah kejiwaan manusia ini dengan metode-metode yang diajarkannya, karena itu dalam masa modern ini ajaran Tasawuf melalui Tarekat-Tarekat kembali dipelajari orang. (A.Toto Suryana : 1997 : 88-90).
Penulis : Drs. Damanhuri Basyir, M.Ag