Nama aslinya Muhammad bin Idris, sedangkan nama sebutannya Abu Abdillah. Ia termasuk salah satu dari empat imam mazhab Ahlul-Sunnah. Kepadanyalah para pengikut mazhab Syafi'i menisbatkan diri. Pada masanya ia adalah orang yang paling menonjol dalam bidang seni sastra (Syair) serta paling banyak mengatahui masalah fiqih dan qira'at. Ia telah mengarang banyak kitab dalam berbagai disiplin ilmu, antara lain al-Umm, ar-Risalah, dan kitab Ahkamul-Qur'an. ia wafat pada tahun 204 H.
Ar-Rabi'bin Sulaiman meriwayatkan bahwa al-Mujni telah mengunjungi Imam Syafi'i saat ia sakit menjelang wafatnya. "Bagaimana kabarmu pagi ini, wahai Guru?' tanya al-Mujni. Ia menjawab, "Pagi ini aku akan meninggalkan dunia, berpisah dngan saudara-saudaraku. dan pagi ini aku akan meneguk secawan anggur kematian untuk kemudian datang menghadap Allah dan bertemu dengan amal-amal burukku.
Lalu beliau menerawang pandangan ke atas sambil melantunkan sebait syair:
Hanya pada-Mu Tuhan segenap makhluk
Tuhan yang memiliki anugerah dan kemurahan
Kupanjatkan segala keinginanku meski aku orang berdosa
Di kala hati ini beku dan sempit kaki melangkah
Kujadikan segala harapku sebagai tangga tuk menggapai
maaf-Mu
Ah....begitu besar rasanya dosa-dosa yang pernah kuperbuat
Tapi, saat kucoba untuk membandingkannya
Dengan maaf-mu, wahai Tuhanku
Ternyata maaf-Mu masih lebih besar
Tuhanku
Kau tetap Dzat pemberi maaf dari segala dosa
Dan kau akan tetap Maha Pemurah
meski manusia pilihan-Mu, Adam
telah terbujuk oleh pelanggaran
Jika kau maafkan aku berarti memberi maaf
kepada orang-orang durhaka, zalim
serta selalu bergelimang dosa penuh aniaya
Dan jika kau menghukum aku, aku tak pernah berputus asa
Meski Kau masukkan aku sebab dosa-dosaku
ke dalam neraka Jahanam
dosa-dosaku memang besar dari dulu hingga kini
Sedangkan maaf-mu wahai Dzat Yang Maha Pengampun
Senantiasa lebih tinggi dan lebih besar.
Ar-Rabi'bin Sulaiman meriwayatkan bahwa al-Mujni telah mengunjungi Imam Syafi'i saat ia sakit menjelang wafatnya. "Bagaimana kabarmu pagi ini, wahai Guru?' tanya al-Mujni. Ia menjawab, "Pagi ini aku akan meninggalkan dunia, berpisah dngan saudara-saudaraku. dan pagi ini aku akan meneguk secawan anggur kematian untuk kemudian datang menghadap Allah dan bertemu dengan amal-amal burukku.
Lalu beliau menerawang pandangan ke atas sambil melantunkan sebait syair:
Hanya pada-Mu Tuhan segenap makhluk
Tuhan yang memiliki anugerah dan kemurahan
Kupanjatkan segala keinginanku meski aku orang berdosa
Di kala hati ini beku dan sempit kaki melangkah
Kujadikan segala harapku sebagai tangga tuk menggapai
maaf-Mu
Ah....begitu besar rasanya dosa-dosa yang pernah kuperbuat
Tapi, saat kucoba untuk membandingkannya
Dengan maaf-mu, wahai Tuhanku
Ternyata maaf-Mu masih lebih besar
Tuhanku
Kau tetap Dzat pemberi maaf dari segala dosa
Dan kau akan tetap Maha Pemurah
meski manusia pilihan-Mu, Adam
telah terbujuk oleh pelanggaran
Jika kau maafkan aku berarti memberi maaf
kepada orang-orang durhaka, zalim
serta selalu bergelimang dosa penuh aniaya
Dan jika kau menghukum aku, aku tak pernah berputus asa
Meski Kau masukkan aku sebab dosa-dosaku
ke dalam neraka Jahanam
dosa-dosaku memang besar dari dulu hingga kini
Sedangkan maaf-mu wahai Dzat Yang Maha Pengampun
Senantiasa lebih tinggi dan lebih besar.