Cara pembatasan kebebasan Dengan cara apakah masyarakat boleh seperlunya membatasi kebebasan sosial kita? Untuk menjawab pertanyaan itu ada baiknya, kalau kita lebih dulu melihat cara-cara manakah yang dapat dipakai untuk membatasi kebebasan manusia untuk bertindak. Dalam bab sebelumnya sudah kita lihat bahwa pada
Yang menarik ialah bahwa pembatasan fisik dan psikis tidak hanya berlaku bagi manusia melainkan juga bagi binatang. Inti cara itu ialah bah-wa sikap fihak yang mau dirintangi agar jangan masuk tak perlu diper-hitungkan. Pokoknya dia tidak sanggup masuk, entah karena secara fisik tidak dapat, entah karena ada hambatan psikis yang kuat. Lain sifatnya cara ketiga. Yaitu kita memasang tulisan pada pintu ka-mar: "dilarang masuk". Pembatasan kebebasan ini tidak lagi efektif ter-hadap anjing dan sapi, melainkan hanya terhadap manusia. Dan bukan ter-hadap sembarang orang, melainkan hanya terhadap orang yang mengerti bahasa Indonesia. Orang lain barangkali mengira itu nama penghuni dan justru masuk menanyakan sesuatu pada "pak Masuk".
Tetapi pembatasan normatif tetap menghormati kebebasan eksistensial manu-sia. Pembatasan itu berarti bahwa ia tidak boleh masuk. Dan itu berarti bahwa ia tetap dapat saja masuk apabila ia tidak mau memperhatikan pem-beritahuan itu. Jadi pembatasan kebebasan sosial secara normatif tetap menghormati martabat manusia sebagai makhluk yang dapat menentukan sendiri sikap dan tindakannya. Kebebasan eksistensial malah ditantang. Sekarang akan kelihatan apakah ia seorang yang tahu diri dan tahu bertanggung jawab atau tidak.
Prinsipnya ada Tiga (3) Cara Untuk Membatasi Kebebasan Manusia:
- Melalui paksaan atau pemerkosaan fisik;
- Melalui tekanan atau manipulasi psikis;
- Melalui pewajiban dan larangan.
Cara Pertama
Cara Pertama adalah dengan mengunci kamar itu. Cara itu aman. Sia-papun tidak dapat masuk. Tidak perlu kita bedakan antara orang yang ber-tanggung jawab dan yang tidak. Anjing pun tidak akan bisa masuk.Cara Kedua
Cara kedua ialah: kita dapat mengkondisikan seseorang sedemikian rupa, hingga begitu ia melihat pintu kamar kita, ia mulai bergetar ketakut-an dan tidak sanggup untuk memegang pegangan pintu meskipun pintu se-benarnya tidak apa-apa dan tidak terkunci. Cara itu juga dapat dipakai untuk anjing atau sapi; sapi misalnya mudah belajar merasa takut terhadap kawat sederhana yang bertegangan listrik rendah; kalau kemudian listrik dimatikan, sapi untuk waktu cukup lama tidak berani menyentuh kawat yang membatasi perumputannya itu.Yang menarik ialah bahwa pembatasan fisik dan psikis tidak hanya berlaku bagi manusia melainkan juga bagi binatang. Inti cara itu ialah bah-wa sikap fihak yang mau dirintangi agar jangan masuk tak perlu diper-hitungkan. Pokoknya dia tidak sanggup masuk, entah karena secara fisik tidak dapat, entah karena ada hambatan psikis yang kuat. Lain sifatnya cara ketiga. Yaitu kita memasang tulisan pada pintu ka-mar: "dilarang masuk". Pembatasan kebebasan ini tidak lagi efektif ter-hadap anjing dan sapi, melainkan hanya terhadap manusia. Dan bukan ter-hadap sembarang orang, melainkan hanya terhadap orang yang mengerti bahasa Indonesia. Orang lain barangkali mengira itu nama penghuni dan justru masuk menanyakan sesuatu pada "pak Masuk".
Cara Ketiga
Jadi cara ketiga ini mengandaikan pengertian. Hanya makhluk yang mempunyai pengertian memahaminya. Cara pembatasan ini disebut normatif. Artinya, kita diberi tahu tentang sebuah norma atau aturan kelakuan. Cara ini menghormati kekhasan manusia sebagai makhluk yang berakal budi. Pembatasan fisik dan psikis meniadakan kebebasan eksistensial. Orang tidak dapat masuk. Jadi kemauannya, rasa tanggung jawabnya, tidak memainkan peranan.Tetapi pembatasan normatif tetap menghormati kebebasan eksistensial manu-sia. Pembatasan itu berarti bahwa ia tidak boleh masuk. Dan itu berarti bahwa ia tetap dapat saja masuk apabila ia tidak mau memperhatikan pem-beritahuan itu. Jadi pembatasan kebebasan sosial secara normatif tetap menghormati martabat manusia sebagai makhluk yang dapat menentukan sendiri sikap dan tindakannya. Kebebasan eksistensial malah ditantang. Sekarang akan kelihatan apakah ia seorang yang tahu diri dan tahu bertanggung jawab atau tidak.