Hubungan Antara Agama dan Moral dalam Mengatur Kehidupan Manusia

Hubungan Antara Agama dan Moral dalam Mengatur Kehidupan Manusia



Moral dan Agama 

Tidak bisa disangkal, agama mempunyai hubungan erat dengan moral. Dalam praktek hidup sehari-hari, motivasi kita yang terpenting dan terkuat bagi perilaku moral adalah aga-ma. Atas pertanyaan "mengapa perbuatan ini atau itu tidak boleh dilakukan", hampir selalu diberikan jawaban spontan "karena agama melarang" atau "karena hal itu bertentangan dengan kehendak Tuhan".

Contoh konkret adalah masalah moral yang aktual seperti hubungan seksualitas sebelum perkawinan dan masalah moral lain mengenai seksualitas. Menghadapi masalah-masalah itu, banyak orang mengambil sikap "aku ini orang beragama dan agamaku melarang melakukan perbuatan itu; aku akan merasa berdosa, bila melakukan hal serupa itu". Dengan itu masalahnya sudah selesai. Cara bagaimana kita harus hidup, memang biasanya kita tentukan berdasarkan keyakinan keagamaan.

Setiap agama mengandung suatu ajaran moral yang menjadi pegangan bagi perilaku para penganutnya. Jika kita membandingkan pelbagai agama, ajaran moralnya barangkali sedikit berbeda, tetapi secara menyeluruh perbedaannya tidak terlalu besar. Boleh dibilang, ajaran moral yang terkandung dalam suatu agama meliputi dua macam aturan. Di satu pihak cukup banyak aturan berbicara kadang-kadang dengan cara agak mendetail tentang makanan yang haram, puasa, ibadat, dan sebagainya. Terutama aturan seperti itulah yang sering berbeda dalam agama yang berlain-lainan, tetapi konsekuensinya tidak besar karena aturan-aturan itu hanya menyangkut kalangan intern agama tersebut.

Hubungan Antara Agama dan Moral dalam Mengatur Kehidupan Manusia
Di lain pihak ada aturan etis lebih umum yang melampaui kepentingan salah satu agama saja, seperti jangan membunuh, jangan berdusta, jangan berzinah, jangan mencuri. Dalam tradisi Yahudi-Kristiani aturan-aturan etis lebih umum ini dikumpulkan dalam apa yang disebut "dekalog" atau "sepu-luh perintah Allah" (The Ten Commandments). Tidak bisa diragukan, peraturan etis jenis kedua ini paling penting dan diterima oleh semua agama dengan cara yang praktis sama. Dan justru karena aturan-aturan etis yang penting itu diterima oleh semua agama, maka pandangan moral yang dianut oleh agama-agama besar pada dasarnya sama. Kita lihat, di bidang moral kesepakatan antar-agama jauh lebih mudah tercapai daripada di bidang dogmatik (pandangan tentang Allah, tentang hubungan antara Allah dan dunia, dan seterusnya).