Jenis Drama Tradisional Jepang Yang Paling Terkenal dan Sejarahnya

Jepang Noh dan Kabuki adalah dua jenis drama tradisional Jepang yang paling terkenal. Noh diciptakan oleh Zaemi Motokiyo, seorang aktor anak pemilik kelompok teater, pada zaman pemerintahan Shogun Yoshimitsu (abad XIV). Teater itu, yang pada awalnya memainkan Sarugaku, diubah oleh Zaemi menjadi teater yang memainkan Noh. Noh merupakan sebuah drama yang terinspirasi dari ajaran Buddhisme dan bersifat poetik dan elegan. Inti ceritanya adalah karakter-karakter yang mencari pembebasan dari kehidupan duniawi melalui Buddhisme. Zaemi menulis banyak naskah drama Noh dan 9 di antaranya, yang merupakan drama utama, telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris.

Konsep estetika utama Noh terdiri dari yugen (gelap, misterius, kesedihan yang indah) dan hana (bunga). Drama Noh yang tersisa ada sekitar 250, sebagian besar merupakan drama yang ditulis setelah Zaemi meninggal. Panggung Noh merupakan panggung kayu persegi yang beratap dengan sebuah jembatan masuk.

Para penonton duduk di kedua sisi panggung. Dekorasinya pun sangat minim. Para pemusik duduk di panggung sambil memainkan gendang dan suling bersama penyanyi latar yang menyanyikan narasi dan beberapa dialog. Para aktor melakukan pantomim, tarian, dan puisi. Beberapa di antara mereka menggunakan topeng kecil yang elegan. Kabuki lahir pada zaman ketika Jepang menutup dirinya terhadap dunia luar (awal abad XVII). Kabuki merupakan teater melodramatik yang penuh warna-warni. Biasanya, cerita Kabuki merupakan kisah seorang pintar dari kalangan biasa yang berhasil memperdaya orang dari kalangan atas.

Sebagian besar penonton Kabuki pada zaman itu adalah kaum pedagang, yang dilarang berpakaian mewah ataupun berganti pekerjaan sehingga Kabuki menjadi suatu cara melepaskan diri dari tekanan yang mereka rasakan. Kabuki pertama kali dipertunjukkan oleh pendeta wanita bernama Okuni. la membawakan tarian dan satir sensual yang disebut kabuki (kesejajaran yang berbahaya). Pertunjukan Kabuki bisa berlangsung sehari karena terdiri dari epi-sode yang sangat banyak, menampilkan adegan tari dan perkelahian yang spektakuler, pergantian kostum yang cepat, pengorbanan heroik, dan cinta segitiga. Seni peran, tata rias, tata busana, dan latar belakang panggungnya dimulai dari realistik sampai gaya yang mewah dan amat berlebihan. Kabuki identik dengan pemain yang seluruhnya laki-laki, dan laki-laki pemeran wanitanya dikenal sebagai onnagata.
Jenis Drama Tradisional Jepang Yang Paling Terkenal dan Sejarahnya
Para pemain wanita dilarang naik panggung sejak 1629 karena alasan penam-pilan mereka mengundang pikiran kotor yang memerosotkan moral masyarakat. Para pemuda yang kemudian menggantikannya juga dilarang pada 1652. Panggung kabuki memiliki hanamici, sebuah jalan yang menyambung sampai ke penonton.