Dunia Yang Kamu Lihat Bukan Kerajaan Yang dilihat Anak-anak

“Hati-hatilah pada kata-kata,” katanya. “Saat kamu kurang waspada. Kata-kata itu akan menampakkan wujud aslinya, kata-kata itu akan memesonakan, memikat, meneror, membuat kamu tersesat dari kenyataan yang mereka wakili, membuat kamu mempercayai bahwa kata-kata itulah yang nyata.”

“Dunia yang kamu lihat, bukanlah Kerajaan yang dilihat anak-anak, melainkan dunia yang terpecah-pecah, terpecah kedalam beribu-ribu kepingan oleh kata….Kenyataan itu seolah-olah seperti riak gelombang samudera yang kelihatan berbeda dan terpisah dari seluruh samudera.”

“Ketika kata-kata dan pikiran diheningkan, Alam Semesta berkembang-nyata, menyeluruh, dan satu. Dan, kata-kata tampil sebagaimana mestinya, sebagai not-bukan musik, sebagai menu-bukan makanan, sebagai penunjuk arah-bukan tujuan perjalanan.

Sungguh dunia ini terlalu gaduh dengan kata-kata.
Sebagian politikus menggunakan kata-kata untuk memanipulasi kepercayaan rakyat. Sebagian pemimpin negeri menjadikan kata-kata hanya sebagai retorika panggung depan, tanpa kejelasan ia berbakti melayani siapa.

Sebagian para praktisi hukum menjadikan kata-kata hanya dalam tataran slogan semata. Sebagian wartawan menjadikan kata-kata sebagai sensasi untuk mendongkrak rating pemirsa. Sungguh dunia ini terlalu gaduh dengan kata-kata.
Salah satu petunjuk dan gambaran diri adalah kata-kata. Karena itu, pantaslah ada pepatah yang mengatakan, “Lebih baik diam dan terlihat bodoh, daripada membuka mulut dan membuktikan kebodohan.” Semoga kita tidak menjadi bagian orang-orang yang menjadi sebab kemalangan dan derita orang lain.

Al-Bukhari dalam kitab Shahihnya no. 6475 dan Muslim dalam kitab Shahihnya no. 74 meriwayatkan hadits dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah bersabda.
وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ فَليَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ
“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaknya dia berkata yang baik atau diam”